a college student from gunadarma university
elah-suryani. Powered by Blogger.

Saturday, October 22, 2011

denis & erica


Cowok earphone itu…
 Erica memandang dia, teman sekelasnya, si cowok earphone di taman kampus yang tengah santai mendengarkan music  dari i-phone  sembari membaca novel “Sherlock holmes” .
Denis  namanya,  dia memang lebih sering terlihat sendiri di kampus maupun di luar kampus, meski begitu, denis juga memiliki banyak teman yang sangat mengaguminya .  Denis baik, meskipun agak cuek dan terlihat sinis, dia selalu lebih mengutamakan kepentingan orang lain dibanding dirinya sendiri.
‘Pernah waktu itu, Denis  membantu temannya yang kecelakaan di persimpangan jalan menuju kampus,  dia hentikan motor Jupiter MX merah miliknya dan memberi tumpangan untuk temannya yang terkena luka robek di bagian pergelangan tangan dan kakinya kemudian mengantarnya ke rumah sakit terdekat. Sebenarnya saat itu ia harus mengikuti Ujian Tengah Semester dan kalaupun Denis gak berniat untuk menolong temannya saat itu bisa saja, namun Denis berbeda dari cowok kebanyakan yang sering lupa atau berpura-pura lupa membantu teman yang sedang mengalami kesulitan. Denis rela mendapat nilai E dan harus mengikuti ujian ulang karena gak mengikuti UTS mata kuliah bahasa inggris hanya karena untuk membantu temannya’
 .. selasa siang , terik panas begitu menusuk kulit.
Erica terlihat murung mengikuti hati dan fikirannya yang sedang kacau dan penat sehabis bertengkar dengan Dea , sahabat seperjuangannya di kampus. Erica berjalan sendiri menuju taman kampus yang sepi  dan menempatkan dirinya di bawah pohon rindang sembari bersandar di pohon. Tatapannya kosong sambil menitikan air mata, seolah  tak ada sesuatu yang mesti di lihat.
Erica gak sadar ternyata disampingnya telah ada Denis yang lebih dulu duduk di bawah pohon sembari memakai earphonenya.
 Denis menoleh pada Erica dengan perlahan menyapa “kenapa?” nada suaranya datar, sembari melepas earphonenya. Erica terkejut  melihat Denis disampingnya , cowok di kampus yang paling dia kagumi  tiba-tiba menyapanya lembut,

“ emh.., hhh..” jawab Erica kaku juga tersedu karena menangis.
“sejak kapan kamu disini? Udah lama?” Tanya Erica mulai terlihat canggung.
“iya” jawab denis  singkat.
“ooh”  jawab Erica miris karena hanya jawaban singkat dari Denis.

*hening* denis tidak balik bertanya , padahal Erica mengharapkannya.

“em. Apa aku ganggu kamu?” Tanya Erica lagi melanjutkan pembicaraan
“nggak” jawab denis selalu singkat, Erica mulai merasa kesal karena jwaban-jawaban denis.
 
Kekesalan Erica makin memuncak ketika menghendaki Denis yang mulai bangkit dari  duduknya, dan kemudia pergi meninggalkan Erica yang sedang menangis tanpa basa-basi dan permisi.
Dalam hati, Erica ingin sekali bisa ngobrol berdua dengan Denis sembari melepas penat, tapi apa hendak dikata, Denis yang cuek dan terlihat sinis sudah pergi . “mungkin dia merasa terganggu” ucap Erica sedih
Gak berapa lama kemudian, Erica terkejut dengan kehadiran Denis lagi, Erica gak nyangka untuk apa Desnis kembali ? sungguh hati Erica semakin berdebar-debar saat ternyata Denis kembali dengan membawa 2 kaleng kecil Pocari Sweat dingin dan menyodorkannya pada Erica.
Erica mengambilnya sambil menatap tampang Denis yang begitu santai kembali duduk di samping Erica dan memulai pembicaraan.

“hari ini panas sekali” ucap Denis tanpa menoleh pada Erica
“emh, iya ya. Tadi kenapa kamu tiba-tiba pergi?” Tanya Erica gugup

Denis gak menjawabnya, karena sebenarnya gak penting Erica menanyakan hal itu, toh jawabannya Erica sudah tau ‘membeli minum’ ya,  “pertanyaan bodoh” ucap Erica dalam hati.

Dalam keheningan, Erica dan Denis sama-sama diam tanpa obrolan, hanya saling meminum sekaleng Pocari Sweat dingin yang memang nikmat untuk di minum siang hari yang panas.

“kenapa kamu gak ikut kelas?” Tanya Erica memulai obrolan,
“lagi mau menyendiri” jawab Denis
“oh, berarti aku ganggu kamu? em.aku pergi aja deh, makasih minumannya” jawab Erica merasa tersindir sembari ingin bangkit dari duduknya.
“gak perlu” jawab denis tetap tanpa menoleh, namun sembari  memegang tangan Erica lembut

(Erica diam, kembali duduk karena ter-enyuh hatinya saat Denis memegang tangannya.)

“lagi bertengkar sama Dea?” denis memulai obrolan agar Erica tidak pergi
“eh, iya. kenapa kamu tau?” jawab Erica murung,
“jangan terlalu di fikirkan” Denis memberi saran
“tapi…, aku takut kalau sampai kehilangan Dea. Dia sahabat terbaikku, tanpa Dea aku gak tau harus bersahabat dengan siapa lagi”  jawab Erica panjang lebar dan mulai menangis lagi (maklum perempuan)

Tanpa menjawab ,akhirnya Denis menoleh pada Erica dan menatapnya tajam  sampai Erica berhenti menangis karena merasa malu di tatap  oleh Denis yang mempunyai sepasang mata tajam seperti  sosok sashuke dalam kartun naruto.

“yang namanya sahabat, gak akan hilang hanya karena masalah sepele”  saran denis mulai bertutur panjang lebar.
“umh. Benarkah?” kembali Erica bertanya,
“yakinkanlah dalam hati, meski kamu merasa kalau temanmu salah,  ucapkan maaf untuk meredakan suasana”  jawab Denis
“minta maaf.. ?” jawab Erica ragu
“jangan pernah merasa malu untuk meminta maaf lebih dulu” denis kembali bersaran

(Erica terdiam, masih mengolah otak atas saran-saran yang diberikan Denis.)

“emm.. saran kamu bagus, aku coba deh!” jawab Erica mulai tersenyum
Denis balas tersenyum kecil, sambil menatap Erica.



“makasih ya denis, karena kamu disini rasa sedih dan takut aku perlahan memudar. Aku fikir kita gak akan pernah ngobrol sedekat ini karena sikap kamu yang cuek dan sinis kalau di kelas” kata Erica panjang lebar.
“oh, iya” jawab denis sambil tersenyum sinis,
“kamu sebenarnya baik juga asik, tapi kenapa ya kamu jarang bicara dan ngobrol sama temen-temen?” Tanya Erica penasaran.
“emm.. setiap orang punya kepribadian berbeda-beda, gue lebih suka sendiri” jawab denis
“kenapa?” Tanya Erica (lagi)
“sendiri lebih tenang juga damai, namun tetap sebagai makhluk social gue pasti membutuhkan orang lain, meski jarang bergabung dengan yang lain dan kadang merasa kesepian” jawab denis
“ohh.. , sekarang kamu pasti  sedang merasa kesepian? Makanya tadi kamu gak bolehin aku pergi.” Tanya Erica sok tau sambil bercanda

Denis tersenyum sinis, senyum yang memang biasa dia tampakan.

“akhirnya kau terlihat seperti biasa, ceria !” kata Denis lembut,
“Memang aku selalu ceria ya?” Tanya Erica
“iya, keceriaan mu selalu memberi semangat pada seseorang, jangan pernah kamu sedih lagi” kata denis
“emh, seseorang?”  Tanya Erica terheran-heran
“ya, seseorang yang lebih suka melihat senyum dan kecerianmu tampak di setiap hari, karena dia mencintaimu” kata Denis
“siapa orang itu?” Tanya Erica penasaran

Bukan menjawab , denis malah bakgkit dari duduknya sehabis melihat pesan singkat yang masuk di handphonenya. Sambil tersenyum manis Denis mengusap kepala Erica lembut tanpa kata dan berjalan perlahan menjauhi Erica.
Erica berdiri, dan memanggil “denis..?” kata Erica
Denis hentikan langkahnya dan menoleh kebelakang sambil memasukan tangan kirinya kedalam saku celananya dan berkata “I’am the someone who love you” kemudian melanjutkan langkahnya yang terhenti dan memakai earphone warna abu-abu gelap miliknya.

Setelah Denis pergi, Erica masih tetap berdiri dan merasa gak percaya kalau Denis bicara seperti itu.
Bagaimana Erica tidak merasa kaget, Denis cowok yang dia sukai diam-diam  di kelas ternyata mempunyai rasa yang sama dengannya.


.. rabu pagi , kelas terlihat lengang

 Mengikuti saran yang diberikan Denis selasa kemarin, Erica dan Dea sudah kembali berbaikan dan erica menceritakan kejadian selasa siangnya bersama Denis kepada Dea.

“De, denis kemana ya? Kok aku hubungi handphonenya gak aktif” Tanya Erica ke Dea
“mungkin dia masih malu sama perkataannya kemarin” jawab Dea meyakinkan
“tapi..,  perasaanku mulai gak enak de” kata Erica
“mulai gak enak atau gak sabar pingin ketemu Denis?” jawab Dea meledek




Tak sadar, Perbincangan panjang mengenai Denis dilakukan dua sejoli itu hingga pukul 10 lewat, karena kebetulan dosen yang harusnya mengajar  mata  kuliah softskill sedang pergi keluar kota.

Karena penasaran, Dea menanyakan kabar Denis pada Bima, teman Denis yang terlihat paling dekat diantara teman yang lain.
“Bima, Denis kemana ya? Kok jam segini belum datang juga?” Tanya Dea pada Bima
“Denis? Dia kan sudah pindah ke Amerika sama keluarganya” jawab Bima ,
“hah? Ke Amerika?” Tanya Dea dan Erica kaget,
“kenapa?” Tanya Erica melanjutkan mulai pesimis
“Denis bilang si, karena papah mamahnya mau mengurus perusahaan keluarganya yang ada di Amerika, kebetulan juga karena kakaknya menikah dengan orang kebangsaan Amerika, jadi mereka satu keluarga memutuskan untuk pindah kewarganegaraan.” jawab Bima menjelaskan,

Erica terdiam, tak mampu lagi berkata dan menanyakan kabar selanjutnya, karena ia merasa sangat kecewa mengetahui kabar yang menurutnya buruk untuk diketahui.

“memangnya Denis gak punya pilihan lain untuk tetap tinggal di Indonesia?” Tanya Dea masih penasaran
“Denis sebenarnya gak mau ikut keluarganya untuk pindah, tapi ayahnya keras memaksanya untuk pindah sekalian melanjutkan kuliah di Amerika agar bisa mewariskan perusahaan keluarganya kelak” jawab Bima panjang lebar,

Setelah mengetahui semua rahasia kepergian Denis ke Amerika, Erica hanya bisa menyendiri duduk di bawah pohon yang ternyata merupakan tempat terakhir berbincang berdua dengan Denis.

Sebenarnya, selasa itu Denis sudah dinyatakan keluar dari kampus,dia sengaja datang ke kampus untuk berpamitan dengan Erica, perempuan yang ia sukai ,namun tak pernah berani ia menyatakan cinta padanya, karena takut mengecewakannya  jikalau nanti dia harus pindah kearganegaraan seperti saat ini.

“terimakasih Denis, karena perasaan suka aku padamu gak sia-sia sejak kau katakan perasaanmu” kata Erica dalam hati kecilnya bicara,

0 comments:

Post a Comment

Template by:
Free Blog Templates