Istana Pelangiku
Awan gelap ditemani hembusan angin bergerak begitu cepat
menerkam semua yang ada didekatnya, tidak kelewatan menerjang manisnya jilbab
cokelat ku yang bertabur keemasan dan dilapisi keju yang menggeliat diatasnya
(apa si? -_-) . yak, pokoknya sore itu , dikala hujan besar yang nampaknya akan
segera turun aku berdiri tepat di
terotoar jalan dekat Holland bakery
samping pasar induk. Aku tengok terus
kepalaku kearah kanan tanpa ada niat sedikitpun balik arah (kearah
kiri), untuk menungggu kedatangan sesosok besi merah beroda 4 (apa si?!!) yak, tepatnya sebuah mobil angkot
.
1 detik, 2 menit, 3 jam berlalu namun tak kudapatkan juga
mobil angkot yang harusnya berhenti dihadapanku hingga aku
merasa lelah dan tak tau arah (yak, nyanyi) dan tak sadar akhirnya hujan turun
begitu deras ditemani angin yang mengundang dedaunan dan pohon meliuk-liuk
begitu seramnya tepat disekitar aku berdiri menuggu sang angkot. Saat itu aku
sangat takut, dan bergegas mencari tempat untuk berteduh dan berlindung dari
terjangan petir yang terus menerus bernyanyi ditelinga ku.
Setelah sepersekian detik akhirnya aku mendapatkan tempat
berteduh yang bisa dibilang seperti sebuah gubuk usang yang terletak beberapa
sentimeter dari terotoar jalan. Aku duduk, sembari memegang goody bag berwarna
merah daun pada kedua genggaman tanganku . Jam sudah menunjukan pukul 6 sore,
azan maghrib berkumandang namun samar-samar aku mendengarnya karena tersisihkan
oleh derasnya suara hujan yang turun.
Akhirnya aku merasa lelah, kemudian setelah hujan sedikit demi sedikit mulai
berhenti aku memberanikan diri keluar
dari gubuk tua tepat ku berteduh dan berjalan perlahan menjauhinya.
Tersentak aku berhenti pada sebuah warung
kecil pinggiran dimana ada sebuah televisi “nangkring” disela-sela
barang-barang dagangan yang kelihatan dari jalan. “Eits, jangan neting
(negative thinking, baca : inggris) aku gak berniat buat nyolong tv itu”, haha.
voila, televisi itu ternyata sedang menayangkan siaran berita mengenai demo para sopir angkot
(baca : bold, italic, underline) karena bla bla bla, aku males jelasinnya
karena pada intinya angkot yang demo itu
adalah angkot yang selama ini aku
tunggu-tunggu kedatangannya hingga hujan
turun kemudian berhenti dan turun lagi dan berhenti lagi hingga aku lelah tak tau harus berbuat apa dan mau marah
tapinya sama siapa !!. lupakan,
Yak, akhirnya waktu menunjukkan pukul 7 lewat 37 menit (baca
: malam hari) di handphone ku , berbeda dengan waktu yang ditunjukkan oleh jam
dinding rumah ku yakni pukul 7 lewat 34 menit, lebih lambat 3 menit mungkin
Karena baterainya yang mulai soak (sumfeh, gak penting bgt ngebahas jam).
Pokoknya intinya aku sudah berada
dirumah . loh? Kok bisa? Angkotnya kan lagi demo?
Yak, sayangnya ide cemerlang dan jalan terang baru muncul ketika aku mengeluarkan handphone
dari dalam tas ransel hitam ku. Saat ku pegang handphone, getaran-getaran
permintaan tolong terhadap adek laki-laki ku yang sedang asik dirumah (gak
kepikiran 1 persen pun) dan harusnya dari awal aku lakukan akhirnya memberikan
ku peluang untuk sampai juga pada istana putri pelangi (baca : istana à
rumah ku) .
Okei, sekian penjelasan dari saya , kurang lebih nya saya
mohon maaf. Terimakasih atas perhatian dan kasih sayangnya, J
0 comments:
Post a Comment